Template information


Home » » Islam Umat yang Miskin, Lemah dan Terbelakang?

Islam Umat yang Miskin, Lemah dan Terbelakang?

Umat Islam sering di identikkan sebagai Umat yang terbelakang, yang hanya mementingkan kehidupan Akherat serta mengenyampingkan kebahgiaan dunia.
Orang yang wara’ dalam istilah shufi diartikan sebagai orang yang tidak mencintai harta dan tidak butuh dunia, yang mereka perlukan hanyalah ibadah dan ibadah.
Padahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, yang dikatakan wara’ adalah orang yang memiliki harta yang banyak, namun hartanya bukan merupakan tujuan utama dan tidak dipergunakan untuk berfoya-foya, melainkan untuk di nafkahkan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah, bukankah Allah juga telah berfirman dalam Alqur’an yang menyuruh orang-orang mu’min untuk berjihad/beramal dengan jiwa dan harta yang dimiliki, jadi bukanlah wara’ jika memang tidak memiliki harta sama sekali.
Diwajibkannya Sholat lima waktu serta keutamaan untuk menunaikannya tepat waktu adalah merupakan perintah secara tidak langsung bagi umatnya untuk selalu berdisiplin waktu serta bangun lebih pagi untuk mencari fahala serta keutamaan/rizki Allah SWT, di atas bumi.
Sedangkan dalam hadits Rosulullah SAW, dengan tegas mengatakan “ Naumatussubhi turitsul faqro” yang artinya tidur diwaktu pagi (subuh) atau setelah subuh akan mewariskan kefakiran. Senada dengan itu beliaw juga menegaskan bahwa hampir saja ke fakiran itu mendekati kafir “ kaadalfaqru an yakunal kufro” menandakan kefakiran itu adalah salah satu sifat kekufuran dan bukan sifat orang mu’min, namun hadits ini tidaklah termasuk bagi orang yang telah berusaha dengan kemampuannya serta berdo’a namun belum dikehendaki untuk menjadi orang mampu atau kaya.
Di balik perintah haji serta umroh tersimpan pula pesan berupa perintah yang sekaligus menganjurkan seorang pribadi Muslim haruslah orang yang benar-benar mampu baik jasmani, rohani serta mampu material maupun spiritual, dengan kata lain untuk bisa menunaikan ibadah haji seseorang hendaklah mempersiapkan bekal untuk perjalanan ketanah suci.
Disamping itu perintah agama untuk mengeluarkan sedekah baik zakat fitrah maupun zakat mal, mewakafkan sebagian harta yang dimiliki, menyumbang sarana ibadah maupun pendidikan dan lain sebagainya, tidak lain untuk mendidik umatnya agar memiliki jiwa sosial yang tinggi serta berkemampuan finansial yang memadai.
Tidak sedikit pula ayat-ayat Alqur’an dan Hadits yang secara langsung maupun tidak langsung bersinggungan dengan perintah untuk bekerja mencari rizki yang halal tentunya.
Dalam Alqur’an Allah juga berfirman kepada gologan manusia dan jin utuk berusaha menembus “Aqtor” (petala) langit yang melambangkan ketinggian tujuan serta cita-cita yang harus dicapai, yang tidak mungkin manusia dan jin mampu melakukan semua itu kecuali hanyalah dengan “shulthon” kekuatan serta kemampuan fisik serta akal yang cerdas.
Dalam hadits Nabi disebutkan bahwa“Almu’minu qowiyyu ahaqqu wa’ahabbu ilallah min  mu’minin dho’ifin” yang artinya orang mu’min yang kuat lebih di cintai Allah dari pada mu’min yang lemah, pengertian dari mu’min yang kuat adalah mampu, serta lebih dalam perkara-perkara yang positif. Disamping itu Nabi menegaskan dalam Haditsnya yang berbunyi “ Alyadul ‘ulya hoirun min alyadussufla” bahwa tangan diatas (pemberi) adalah lebih baik/mulya dari pada tangan yang di bawah (penerima)
Tidak ada Ayat serta Hadits yang menganjurkan umat islam mejadi umat yang lemah apalagi meminta-minta.
Oleh sebab itu tiada alasan bagi umat islam untuk menjadi umat yang lemah apalagi umat yang terbelakang serta tertindas, karena jelas perintah untuk menjadi umat yang “terdepan” telah terdapat dalam pondasi islam itu sendiri yaitu rukun islam serta kitab Alqur’an dan Hadits yang menjadi pedoman hidup umat Islam.  
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MY BLOG - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger