Template information


Pondok Pesantren Al-Khoirot

Pondok Pesantren Al-Khoirot (Alkhoirot) Karangsuko Pagelaran adalah Pondok Pesantren yang sejak lama mempunyai misi untuk mendidik dan mengembangkan pengetahuan santri di bidang ilmu agama, hal ini berlangsung sejak di dirikan sampai pada saat ini. Seiring dengan perkembangan zaman, terdapat tuntutan dari masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan formal yang alumnusnya diakui oleh pemerintah dan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dengan tetap mempertahankan ciri khas PP. Al-Khoirot sebagai lembaga tafaqquh fid din. Untuk itu PP. Al-Khoirot mulai tahun ajaran 2009-2010 membuka lembaga pendidikan formal untuk jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.

Bagi yang berminat untuk melanjutkan studi ke SLTP dan SLTA dan melihat brosur penerimaan siswa baru di link berikut:
  1. Penerimaan Siswa baru MTS 2010/2011
  2. Penerimaan Siswa baru MA 2010/2011
Penting:
  • Setiap siswa MTS dan MA adalah juga santri Ponpes Alkhoirot begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, santri diwajibkan untuk mengikuti program sekolah formal. Begitu juga, siswa diwajibkan untuk tinggal di dalam kompleks pesantren untuk dapat mengikuti seluruh program pesantren.
  • Kegiatan belajar mengajar MTS dan Madrasah Aliyah Putra dan Putri dilaksanakan secara terpisah. Kegiatan MTs dan MA Putra dilaksanakan di Gedung Sekolah Putra. Sedang kegiatan MTs dan MA Putri dilaksanakan di Gedung Sekolah Putri. Hal ini dilakukan untuk menjamin terjaganya moralitas siswa dan siswi dan optimalnya kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan Harian Pesantren
  1. Pengajian rutin harian oleh ketua pengasuh KH. Zainal Ali Suyuthi (Putra-Putri).
  2. Pengajian rutin harian oleh pengasuh putri Ny. Hj. Luthfiyah Syuhud (khusus putri).
  3. Madrasah Diniyah (Madin)
  4. Pelajaran baca Al Quran tartil
Ekstra Kurikuler Pesantren (Mingguan atau 15 Hari sekali)
  1. Program Khitabah wad Da’wah
  2. Bahtsul Masa’il
  3. Mentoring (halaqah, tarbiyah)
  4. Forum Debat
  5. Pelatihan kompetensi baca kitab kuning sistem cepat (Amtsilati)
Keterampilan
  1. Sablon
  2. Pangkas rambut
  3. Menjahit
  4. Komputer
Fasilitas
  1. Lab Komputer
  2. Perpustakaan (Sekolah dan Pesantren)
  3. Penerbitan: Pustaka Alkhoirot
  4. Lapangan olahraga
  5. Asrama Putra Putri
  6. Pertokoan
Pondok Pesantren Al-Khoirot Karangsuko Pagelaran (dulu, Gondanglegi), Malang, Jatim didirikan pada tahun 1963 oleh K.H. Syuhud Zayyadi.
Pondok Pesantren Al-Khoirot
Karangsuko Pagelaran Malang 65174
Jawa Timur Indonesia
Email: info@alkhoirot.com atau alkhoirot@gmail.com
Telp./Fax.: 0341-879830

More Information : http://www.alkhoirot.com

Pondok Pesantren Sabilul Huda Malang

Dibuka Pendaftaran Sekolah Alam Pondok Pesantren Sabilul Huda Bumiayu Malang Jawa Timur
Tingkatan Pendidikan
Formal
Raudhatul Athfal (TK Islam)
Madrasah Ibtida'iyah (SD Islam)
Madrasah Tsanawiyyah (SMP)
Madrasah Aliyyah (SMA)

Nonformal
Madrasah Diniyyah
Kajian Tashawuf (Thoriqoh)
Wira Usaha Pesantren

Pendaftaran  Gratis Untuk Semua Jenjang Pendidikan
Asrama, pakaian, biaya hidup full gratis
Info Hubungi Adi Suwito : 0341-6223241


Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo Jawa Timur

I.





Latar Belakang Sejarah
Pra Berdirinya Pondok Pesantren Wali Songo
Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, penyiaran agama Islam pada umumnya mengalami hambatan dan kesulitan. Demikian halnya di Desa Ngabar yang keadaannya masih sangat mundur, baik di bidang ekonomi, pendidikan maupun sosial budaya, terutama di bidang pengamalan agama Islam. Berjudi, minum candu dan minum-minumam keras adalah di antara perbuatan munkar yang biasa dilakukan.
KH Mohammad Thoyyib salah seorang penduduk Desa Ngabar yang alumnus Pondok Pesantren Salafiyah, bercita-cita dan berkemauan keras untuk menunjukkan masyarakatnya ke jalan lurus, jalan yang mestinya mereka lalui, yakni jalan Allah SWT
Untuk mewujudkan cita-citanya yang luhur itu, halangan demi halangan, kesulitan demi kesulitan beliau singkirkan dengan perjuangan yang sangat gigih. Beliau berpendapat bahwa jalan pendidikan adalah jalan yang paling tepat untuk melaksanakan tujuan mulianya itu. Dengan kesadaran ini, dimasukkannya putra-putranya di Pondok-Pondok Pesantren Salafiyah yang berada di Ponorogo, seperti Pondok Pesantren Joresan dan Pondok Pesantren Tegalsari. Kemudian untuk penyempurnaan pembinaan kader-kader ini dimasukkannya putra-putranya ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Daiajak pula kawan seperjuangannya untuk turut serta mengkaderkan putranya ke pondok-pondok tersebut
Langkah berikutnya, pada tahun 1946 didirikan Madrasah Diniyah yang ditangani oleh: Ahmad Thoyyib, Ibrohim Thoyyib, Imam Badri dan kawan-kawan yang lain. Madrasah Diniyah yang masuk sore hari ini, kemudian diubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah dan masuk pada pagi hari. Sebagai kelanjutannya pada tahun 1958 didirikan Madrasah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Setelah Madrasah ini berjalan 3 (tiga) tahun (1961) diselenggarakan sistem pendidikan Pondok Pesantren yang diberi nama Wali Songo.
Pondok Pesantren Wali Songo ini didirikan oleh KH Mohammad Thoyyib, yang dibantu oleh para putera dan sahabat-sahabatnya, pada hari Selasa tanggal 18 Syawal 1380 H, bertepatan dengan 4 April 1961 M.
Pondok Pesantren ini diberi nama: “Pondok Pesantren Wali Songo” karena:
1. Santrinya yang pertama kali mondok berjumlah sembilan orang yang datang dari Jawa dan dari luar Jawa.
2. Optimisme agar para santri setelah selesai mondok dapat mengembangkan Dakwah Islamiyah
Optimisme agar para santri setelah selesai mondok dapat mengembangkan Dakwah Islamiyah sebagaimana diemban oleh para da’i terdahulu, yang dikenal dengan sebutan Wali Songo.
Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar ini adalah lembaga pendidikan Islam tempat menggembleng pemuda dan pemudi Islam dengan berbagai pendidikan dan pengajaran, termasuk ilmu-ilmu agama maupun umum. Semenjak awal berdirinya sampai sekarang dan seterusnya, bebas dari afiliasi dengan partai-partai politik dan golongan-golongan.
Pondok Pesantren Wali Songo ini terletak di Desa Ngabar, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur, pada kilometer tujuh arah selatan kota Ponorogo
II. Ikrar Wakaf
Dalam sejarahnya Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar ini didirikan oleh Kiai Pendiri (KH Mohmmad Thoyyib). Setelah Pondok ini berjalam 19 tahun dan menjadi besar, maka pendiri meng-“Ikrarwakafkan” Pondok ini kepada umat Islam untuk kepentingan Pendidikan Islam. Dengan ikrar wakaf ini diharapkan kelangsunga hidup dan perkembangan Pondok ini di masa yang akan datang menjadi lebih terjamin.
Pada hari Ahad; 22 Sya’ban 1400 H, bertepatan dengan 6 Juli 1980 M, KH Ahmad Thoyyib dan KH Ibrohim Thoyyib mengikrarkan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo dengan segala kekayaan yang dimilikinya sebagai “Wakaf Untuk Pendidikan Islam”. Untuk itu ditunjuk 15 (lima belas) orang dari Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar untuk bertindak sebagai Nadzir atas wakaf tersebut, dengan amanat Supaya Pondok Pesantren Wali Songo:
1. Menjadi lembaga pendidikan yang tunduk kepada hukum Islam, berkhidmat kepada masyarakat
menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
2. Menyelanggarakan lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak, Ibtidaiyah, Mu’allimin dan Mu’allimat
dan apabila sudah memungkinkan Pendidikan Tinggi.
3. Mejadi Lembaga Pendidikan Islam yang berjiwa pondok pesantren dengan mengutamakan arah pendidikannya kepada:
Taqwa kepada Allah, beramal soleh, berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas dan berwiraswasta.
4. Menjadi tempat beramal untuk meninggikan Kalimat Allah.
5. Tidak berafiliasi kepada partai politik atau golongan apapun.
Diamanatkan pula agar Nadzir dalam waktu sesingkat-singkatnya mendirikan Yayasan yang berbadan hukum bernama “Majlisu Riyasatil Ma’had” sebagai lembaga tertinggi dalam struktur organisasi Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dan sebagai pelaksana amanat wakif yang tercantum dalam Piagam Ikrar Wakaf.
Dengan berdirinya lembaga berbadan hukum ini struktur organisasi di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar diperjelas. Fungsi dan wewenang masing-masing lembaga dibuat sepilah dan sejelas mungkin sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara fungsi dan wewenang lembaga-lembaga yang ada. Termasuk juga telah dibuat aturan yang jelas tentang mekanisme pergantian kepemimpinan di Pondok Pesantren Wali Songo, yang dengan demikian kelangsungan hidup Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dapat lebih dijamin dan dipertanggung jawabkan.
III. Yayasan Penyelengara
Lembaga tertinggi di Pondok Pesantren Wali Songo adalah yayasan bernama “Majlisu Riyastil Ma’had Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar” dengan akte Notaris Widyatmoko, SH. Nomor 04, tanggal 13 Juli 1998. Terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Ponorogo nomor: 10/Pr/Non./1998.
Yayasan Majlisu Riyasatil Ma’had Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar adalah lembaga berbadan hukum yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta usaha-usaha lain di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
IV. Program Pendidikan Dan Lembaga-Lembaga Di PPWS Ngabar
A. Sistem Pendidikan
Sistem Pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar menggunakan program formal terpadu (terpadu antara pendidikan formal dan nonformal, keilmuan Agama Islam dan Umum, akademis dan kemasyarakatan); berasrama dengan didukung oleh pembinaan intensif dan proporsional di dalam dan di luar kelas selama 24 jam.
Ustadz, Ustadzah dan kanselor hampir semuanya berlatar belakang pendidikan pesantren (Wali Songo Ngabar, Pondok Modern Gontor dll), serta berbagai sarjana lulusan perguruan tinggi di dalam atau di luar Negeri.
B. Jenjang pendidikan
Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar adalah lembaga pendidikan Pondok Pesantren yang di dalamnya terdapat jenjang-jenjang pendidikan formal dengan sistem klasikal. Melalui jenjang-jenjang pendidikan yang ada para santri-santri tidak hanya mendapatkan pendidikan agama tetapi juga mendapatkan pendidikan umum yang memadai.
Jenjang pendidikan yang ada meliputi:
1. Jenjang pra sekolah: Tarbiyatul Athfaal al-Manar (tidak berasrama)
2. Madrasah Ibtidaiyah Mamba’ul Huda (berasrama/tidak berasrama; setingkat SD; 6 tahun)
3. Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (khusus putra; 6 tahun bagi tamatan SD dan 3 atau 4 tahun bagi
tamatan M.Ts./SLTP; berasrama; pendidikan formal setingkat MTs/SLTP dan MA/SMU)
4. Tarbiyatul Mu’allimat al-Islamiyah (khusus putri; 6 tahun bagi tamatan SD dan 3 atau 4 tahun bagi
tamatan M.Ts./SLTP; berasrama; pendidikan formal setingkat MTs/SLTP dan MA/SMU).
5. Istitut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (jenjang S-1; Fak. Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah; berasrama)
C. Lembaga-Lembaga Penunjang Pendidikan
Di samping lembaga-lembaga pendidikan tersebut, terdapat lembaga-lembaga lain:
1. Majlisu Riyasatil Ma’had; Yayasan sebagai lembaga tertinggi di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
dan pelaksana amanat wakif yang tercantum dalam Piagam Ikrar Wakaf tanggal 22 Sya’ban 1400 H/6 Juli 1980 M.
2. Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. Bertugas:
a. Memelihara, menyempurnakan dan mengembangkan segala usaha Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar,
dalam bidang materiil, untuk tercapainya tujuan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, terlakksana menjadi suatu lembaga pendidikan Islam yang bermutu tinggi dan bermanfa’at bagi masyarakat Indonesia umumnya dan tetap berjiwa pondok.
b. Melanjutkan dan menyempurnakan segala usaha yang telah dirintis oleh pendiri dan pimpinan
Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar di bidang materiil, baik benda tetap maupun benda bergerak, sehingga memenuhi hajat Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, sesuai dengan perkembangannya.
3. Majlis Pembimbing Santri (MPS) Putra. Bertugas dalam bidang pengasuhan dan pembinaan santri putra
dalam kegiatan luar sekolah.
4. Majlis Pembimbing Santri (MPS) Putri. Bertugas dalam bidang pengasuhan dan pembinaan santri putri dalam
kegiatan luar sekolah.
5 Himpunan Alumni dan Keluarga Pondok Pesantren Wali Songo (HAKPW) dengan cabang-cabangnya di dalam dan
di luar Negeri. Bertanggung jawab dalam bidang pembinaan alumni dan simpatisan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.
D. Pendidikan Komputer Dan Bahasa
Dalam rangka memperkaya dan memperluas bekal bagi masa depan santri-santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar didirikan “Lembaga Pendidikan Komputer Wali Songo (LPKWS)” dimana melalui lembaga ini para santri mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan dasar tentang komputer dan Internet. Di samping itu, melalui pendidikan komputer tersebut juga dapat dijadikan sarana untuk memperluas wawasan dan menambah media belajar bagi santri-santri.
Di samping pendidikan komputer, kepada santri-santri juga diharuskan untuk menguasai beberapa bahasa asing yang menjadi prasyarat mutlak untuk pengembangan kemampuan ilmiah mereka.
Dalam hal pendidikan bahasa ini, di samping dilaksanakan melalui pendidikan kurikuler di kelas; juga dibuatkan “Laboratorium Hidup” dengan mengharuskan setiap santri untuk menggunakan bahasa-bahasa asing tersebut menjadi bahasa percakapan sehari-hari. Dengan demikian akan tercipta lingkungan berbahasa yang menjadikan bahasa-bahasa asing tersebut menjadi bahasa ibu. Melalui cara inilah kemampuan berbahasa dapat dikembangkan dengan mudah.
Sarana pendidikan bahasa asing yang masih sangat diharapkan untuk dimiliki adalah “Laboratorium Bahasa” yang memadai.
Bahasa asing yang sangat ditekankan untuk dikuasai oleh santri-santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar adalah:
1. Bahasa wajib untuk setiap santri: Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
2. Bahasa penunjang dan bersifat elektif bagi santri yaitu: Bahasa Jerman dan (sedang diusahakan) Bahasa Jepang.
V Kegiatan-Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler meliputi: Latihan Kepemimpinan (Kepengurusan Organisaasi); Kepramukaan; Tahfidzul Qur’an; Jam’iyyatul Qurra’; Lembaga Bahasa; Muhadloroh (latihan pidato bahasa Arab, Inggris dan Indonesia); Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD); Olah Raga; Kesenian; Kursus Komputer; Amaliyah Tadris (praktek Mengajar).

Untuk Informasi Lanjut : http://mts-ma-walisongo-ngabar-ponorogo.blogspot.com

Pondok Pesantren Al-Kahfi



Sejarah Berdiri


Pesantren Terpadu Al Kahfi merupakan lembaga pendidikan swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Pedesaaan Nusantara.dengan akta pendirian No. 26 Tanggal 11 Agustus 1993 SK Menkeh No. M-10-HT.03 Th. 1992. Pendiri Yayasan ini adalah H. Armansyah Putra, SE (alm) dan Hj. Endang Pudjiastuti, SmHk. Sejak wafatnya H. Armansyah Putra, SE kepengurusan Yayasan dilanjutkan oleh keluarga besar beliau.
 
Pada awalnya, Yayasan memiliki kegiatan pendidikan dengan membuka program TK dan TPA yang diperuntukan bagi masyarakat Desa Srogol dan sekitarnya. Sejak tahun ajaran 2002-2003 Yayasan membuka lembaga pendidikan Pesantren Terpadu Al Kahfi, sekaligus membuka program pendidikan setingkat SMP (SMPIT Al Kahfi).

Pada tahun 2004, Ketua Yayasan Pedesaan Nusantara mengalami peralihan kepengurusan dari H. Armansyah Putra, SE (alm) kepada H. Kemas Taufiq Mukhtar dengan Salinan Akta Perubahan No.9 Tanggal 29 Juni 2004, SK Menkeh No. C-920.HT.03.01.Th 1999.

Alhamdulillah dengan izin dan rahmat Allah SWT dari tahun ke tahun pengelolaan Pesantren ini menunjukan perkembangan yang menggembirakan hingga sekarang di tahun ke-enam berdasar data pada bulan Juli 2007 jumlah Santri Pesantren sebanyak 604 Santri. Jumlah tersebut rinciannya adalah 539 santri tingkat SMP dan 66 santri tingkat SMA yang baru di buka di tahun ajaran 2007/2008.

Visi dan Misi 

 Visi :

Menjadi lembaga pendidikan kebanggaan ummat yang melahirkan generasi berkualitas.

Misi :

·     Menyelenggarakan pendidikan berorientasi mutu, baik secara spiritual, intelektual maupun moral dalam bingkai nilai-nilai Islam
·        Mengembangkan pengelolaan pesantren yang professional guna mewujudkan suasana tertib, nyaman dan edukatif.
·        Membangun pola hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar dan dengan lembaga - lembaga lain.
 More Information : http://www.pesantrenalkahfi.com

Pondok Pesantren Sunan Drajat


Alamat : Jl. Raden Qosim Banjaranyar Paciran Lamongan Jawatimur 62264
Sekapur Sirih
Menelusuri sejarah penyebaran dan perkembangan ajaran agama Islam di wilayah Nusantara pada sekitar tahun 1400M,  peranan Walisongo merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan, Melalui berbagai metode dan pendekatan yang sangat persuasive, Walisongo telah berhasil masuk dalam lingkaran masyarakat yang sebelumnya tidak mempunyai tatanan kehidupan yang layak, menjadi sebuah komunitas berahklak dan beradab baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi maupun bidang religiusitas.

Metode klasik Syiar walisongo pada masa itu, disadari atau tidak sampai kini masih diperagakan oleh para juru dakwah atau orang-orang yang bergulat di bidang Pen-syiaran agama islam, salah satu contoh adalah didirikanya tempat-tempat permanen yang digunakan untuk mendalami dan mengkaji agama islam, atau yang biasa di sebut pesantren. Di tempat-tempat inilah Berkumpul, menetap atau bermukimnya orang-orang yang kita kenal dengan sebutan santri, dengan tekun belajar dan mengkaji Al-Quran, Hadist dan kitab-kitab lainnya.

Akan halnya dengan pondok pesantren Sunan Drajat, Pondok Pesantren yang berlokasi di Desa Banjaranyar Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur inipun tidak meninggalkan cara-cara atau metode pengajaran dan pendekatan yang pernah diterapkan Walisongo pada masanya.
Dan Kini, adalah sudah masanya Tokoh-tokoh dari pesantren turut andil menjalankan roda pemerintahan, dan ikut menentukan kemana pendidikan bangsa Indonesia ini diarahkan.

Kepesantrenan
Pada awal didirikanya, Pondok pesantren Sunan Drajat merupakan sebuah lembaga yang metodologi pendidikan dan pengajaranya bersifat Salafi, dilihat dari tinjauan historis pesantren yang diawali dengan kegiatan pengajian kitab kuning system bandongan atauwetonan dan madrasah diniyah pada tahun 1976. seiring dengan perkembangan  zaman , maka pondok pesantren Sunan Drajat mau tidak mau harus berbenah melakukan penyempurnaan penyempurnaan , diantaranya dengan melakukan system pendidikan formal, penataan menegement, menciptakan hubungan dengan dunia luar serta penyempurnaan perangkat, sarana dan prasarana penunjang pendidikan.
Kompleksitas system pengajaran dan pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Drajat dapat kita lihat dari adanya berbagai ragam pendidikan dalam bermacam jenjang, baik bersifat umum, Kejuruan Dan Diniyah.

Pendidikan Kepesantrenan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Sunan Drajat Diantaranya Adalah mengkaji Kitab Kitab Kuning, Yang berorientasi pada pendalaman ilmu ilmu agama.
Disini Para Santri juga diwajibkan mengikuti Program Penguasaan Bahasa Asing Khususnya Bahasa arab Dan Inggris, Program ini bernama LPBA S
Sedangkan untuk melatih santri membiasakan diri peka terhadap hal hal yang berkembang dalam kehidupan islam, pesantren mengadakan kegiatan diskusi ‘BAHTSUL MASAIL’, diskusi ini membahas berbagai permasalah umat.  Hal ini Penting sebagai modal Para santri kelak setelah kembali kemasyarakat.
Disamping itu, diadakan juga kegiatan pembahasan tentang tentang faham faham keagamaan para pemikir-pemikir dari kalangan umat islam,. Hal ini diharapkan akan dapat mjengurangi ’Fanatisme” golongan atau faham tertentu yang selama ini sering terjadi dalam kehidupan islam.

Pondok pesantren Sunan Drajat Kini Memiliki Santri Kurang Lebih 9000 orang, Terdiri dari santri putra Mukim 3400 orang, Santri putri mukim 2000 orng, santri karyawan 1200orang, santri tidak menetap 2400 orang. Para santri ini tersebar di berbagai jenjang pendidikan mulai dari madrasah Ibtida’iyah Sampai Perguruan Tinggi Yang Ada Di Ponpes Sunan Drajat. Para santri Berasal dari sekitar kabupaten Lamongan, Gresik, Bojonegoro, Tuban, Surabaya Jombang, kalimantan Barat, Riau, medan, jjakarta, jawa tengah, madura, dan dar daerah daerah lain di indonesia, disamping ada santri Dari luar negeri, Khususnya dari Malaysia.

Ustadz Atau Guru Pendidik Kurang lebih 600 orang, terdiri dari350 laki laki dan 250 perempuan. Latar belakang Pendidikan Para guru Adalah Tamatan Madrasatul Qur’an, S1,S2,dan S3. Status kepegawaian para guru adalah tenaga yang diangkat Sebagai pegawai tetap Yayasan. Para tenaga pendidik ditempatkan di perumahan (Khusus)Ponpes Sunan Drajat,Sekaligus di tugaskan sebagai pengawas disiplin yang diterapkandi Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Pendidikan
Seiring dengan perkembangan zaman yang terus berubah,dan bergerak progresif secara linier dengan kebutuhan masyarakat yang kian majemuk, pola pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Sunan Drajat mengalami beberapa pengesahan pola dan metode yang berkembang secara dinamis.
Pada rintisan awal sekitar tahun 1977, system pendidikan dan pola pengajaran atau pengkajian kitab amat kental diwarnai oleh dua macam metode system salafi, yakni sorogan dan bandongan. Pada perkembangan selanjutnya, mau tidak mau pesantren harus
Berbenah diri dan merubah system pendidikandan pola pengajaranya sebagai respon atas berbagai perubahan akibat laju perkembangan zaman yang kian pesat.
Berpijak dari prinsip inilah,  pondok pesantren Sunan Drajat membuka lembaga lembaga pendidikan formal antara lain:
  • Pada tahun 1966, sebelum kebangkitan pondok pesantren sunan drajat telah berdiri lembaga pendidikan MI AL-Muawanah.
  • Tahun 1976 didirikan madrasah Diniyah, yang mengawali upaya kebangkitan pondok pesantren Sunan Drajat.
  • Tahun 1977, pondok pesantren Sunan Drajat secara resmi Didirikan kembali, tepatnya pada tanggal 7 September 1977.
  • Tahun 1983, pesantren berupaya mendirikan SMP 45, namun karena kurangnya minat peserta didik, lembaga ini hanya mamou bertahan sampai 3 tahun, dan selanjutnya diganti MTs. Almuawanah.
  • Tahun 1986, Mts.Al-muawanah berdiri secara resmi.
  • Tahun 1991, berdiri MA. Sunandrajat
  • Tahun 1994, Madrasah mu’alimin mu’alimat berdiri materi kurikulum nasional dengan ditambahkan muatan agama lokal lebih banyak.
  • Tahun 1995, berdiri SMK-NU1 sunan drajat
  • Tahun 1996,Madrasatul Quran Didirikan dengan kajian Materi dan kurikulum ditentukan secara penuh oleh pesantren.
  • Pada awal tahun1997, berdiri lembaga pendidikan SLTPN 2 Paciran, dan diresmikan pada tanggal 30 agustus 1997 oleh Mendikbud Prof. Dr. Ing Wardiman joyo negoro
  • Pada tahun yang sama juga didirikan Lembaga pendidikan SMK NU 2 (sekolah kejuruan Nahdlotul Ulama) yang berggerak dalam bidang menegement bisnis, pemasaran dan akuntansi.
  • Pada tahun 2008, berdiri STAIRA, dan sekolah usaha perikanan Menengah atau SUPM.
Kegiatan ekstra kurikuler yang bisa diikutl oleh para santri antara lain: Musik Qosidah, Rebana, theather, pramuka, bola basket, bola voli, sepak bola, sepak takraw, tenis meja, Badminton, Bela diri, komputer, internet, kerajinan kulit, tata boga, pengembamgan bahasa asing, beternak, berkebun, PMR, dan wira usaha.
Dengan Banyaknya Lembaga Pendidikan yang tersedia,Pondok pesantren Sunan Drajat diharapkan menjadi pesantren yang multidimensional dan bersifat universal sehingga mampu membentuk pribadi yang tangguh, berbudi luhur, berwawasan agama yang teguh, sehingga generasi muda produk pesantren mampu berkiprah dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, pada saatnya nanti.

Pembangunan
Dalam perjalanan perkembanganya, pondok pesantren Sunan Drajat mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dan seiring dengan bertambah banyaknya santri maka dibangun asrama asrama yang mmampu menampung ribuan santri. Dua bangunan besar berlantai dua untuk santri putra berdiri kokoh diantara taman taman yang asri, asrama asrama itu di beri nama asrama Alhambali, Almaliki, Assyafii, Alghozali dan asrama wali songo.
Sedangkan untuk santri putri terdiri dari Asrama Al Fatimah, Azzahro’, AlLathifiyah, AlKhumairo’, AzZakiyah dan Alhidayah yangsemuanya menempati bangunan berlantai empat yang tampak indah.
Sebagai tempat untuk acara yang bersifat Cheremonial, disediakan Sebuah aula besar Yang dapat menampung ribuan santri,Kegiatan kegiatan yang diadakan oleh lembaga atau lintas lembaga diselenggarakan di aula ini.
Ditengah kompleks pondok pesantren sunsn Drajat berdiri megah “Masjid agung Sunan Drajat” sebagai pusat peribadatan para santri. Pengajian yang diasuh oleh KH Abd Ghofur, dan acara Dzikir Akbar yang diikuti oleh seluruh santri berlangsung di masjid ini. Sarana lain yang juga dimiliki oleh pondok pesantren Sunan Drajat adalah, gedung sekolah, perumahan Guru, Balai pengobatan, kantor agribisnis,Kantor lembaga Pengembangan Bahasa Asing, Kantor Pelayanan Administrasi Dan Keuangan, Perpustakaan, ruang Komputer, Lab Bahasa, Ruang theater, Koperasi, Dapur umum Untuk santri dan karyawan, Sarana olahraga yang Meliputi, lap tennis meja, bulutangkis,volleyball, bola basket, serta MCK yangcukup memenuhi standar sanitasi, semua pembangunanya sarana dan prasarana ini, dilaksanakan oleh karyawan yang sekaligus sebagai santri yang mendalami ilmu agama di pondok Pesantren Sunan Drajat.
Berawal dari Obsesi Besar KH. Abdul Ghofur untuk membangun kembali keberadaan Pondok Pesantren peninggalan Kanjeng Sunan Drajat, Kami, Para santri, karyawan dan guru bahu membahu mewujudkan cita cita yang luhurTersebut.

Bidang Usaha
Sebagai sumber dana utama adalah pemasukan dari unit usaha yang berada dibawah naungan Pondok,serta iuran para Santri atau siswa setiap bulan. Uang dari unit usaha, untuk pengembangan sarana Pondok, Sedang Uang hasil iuran santri untuk keperluan pelaksanaan Program belajar mengajar, termasuk listrik dan kesehatan.
Pengembangan usaha saat ini di titik beratkan pada Pembangunan industri, adapun yang juga menjadi rencana pengembangan adalah dengan meningkatkan diversifikasi jenis usahaagar lebih produktif, yaitu dengan melakukan kerja sama dengan institusi atau lembaga yang kompeten di dunia usaha, serta menjalin kerja sama dengan perusahaan di seluruh Indonesia Khususnya di daerah lamongan, guna peningkatan kualitas dan kwantitas usaha yang ada.
Tanah yang di gunakan  untuk usaha antara lain, lahan gunung kapur seluas 10 ha,  lahan Phosphat seluas 30 Ha, tanah untuk pengembangan agribisnis seluas 30 Ha, tanah wali santri dan alumni yang digunakan untuk pengembangan usaha 300Ha,
Bidang bidang usaha yang di kembangkan di Pondok Pesantren Sunan Drajat Antaralain:
  • Penanaman Mengkudu seluas 10Ha
  • Produksi Jus Mengkudu”Sunan”
  • Pembuatan Pupuk majemuk ”Granul Phosphat”
  • Pembuatan air minum kemasan ”AIDRAT”
  • Peternakan bebek pedaging
  • Peternakan sapi
  • Kerajinan dari limbah kulit
  • Pembuatan madu asma’  ”Tawon Bunga”
  • Koperasi
  • Mini market ”SUNANDRAJAT”
  • Radio ”PERSADA  97”2 FM”
  • PERSADA TV
Dan Bidang bidang lain yang sedang dalam rencana pengembangan.
Sebagai seorang yang berpandangan moderat, KH. Abd. Ghofur menginginkan para santri nantinya disamping mendapat bekal agama yang kuat, para santri juga harus mampu berwira usaha dan mampu mengikuti kemajuan tehnologi. Singkatnya, beliau ingin mencetak generasi Religius yang menguasai tehnologi modern. Untuk itu para santri juga di beri kesempatan untuk turut andil atau setidaknya belajar dalam pengembangan bidang usaha.

Info Lanjut : http://www.ponpessunandrajat.com

Pondok Pesantren Lirboyo Kediri

Lirboyo, awalnya adalah nama sebuah desa terpencil yang terletak di Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Jawa Timur.  dahulu desa ini merupakan sarang penyamun dan perampok, hingga pada suatu ketika atas prakarsa Kyai Sholeh, seorang yang Alim dari desa Banjarmelati dan dirintis oleh salah satu menantunya yang bernama KH. Abdul  Karim, seorang yang Alim berasal dari Magelang Jawa Tengah.
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo erat sekali hubungannya dengan awal mula KH. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M. setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Dlomroh), putri Kyai Sholeh Banjarmelati.
Perpindahan KH. Abdul Karim ke desa Lirboyo dilatar belakangi, dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang da’i, karena Kyai Sholeh berharap dengan menetapnya KH. Abdul Karim di Lirboyo, maka  syiar Islam lebih luas. Disamping itu, juga atas permohonan kepala desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh agar berkenan menempatkan salah satu menantunya  di desa Lirboyo. Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tentram.
Harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Tiga puluh lima hari setelah menempati tanah waqaf tersebut, KH. Abdul Karim mendirikan surau mungil nan sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Santri Perdana dan Pondok Lama
Adalah seorang bocah lugu yang bernama Umar asal Madiun, dialah santri pertama yang menimba ilmu dari KH. Abdul Karim di Pondok Pesantren Lirboyo. Kedatangannya disambut baik oleh KH. Abdul Karim, karena kedatangan musafir itu untuk tholabul ilmi , menimba pengetahuan agama. Selama nyantri, Umar sangat ulet dan telaten. Ia benar-benar taat pada Kyai.
Demikian jalan yang ditempuh Umar selama di Lirboyo. Selang beberapa waktu ada tiga santri menyusul jejak Umar. Mereka berasal dari Magelang, daerah asal KH. Abdul Karim. Masing-masing bernama Yusuf, Shomad Dan Sahil. Tidak lama kemudian datanglah dua orang santri bernam Syamsuddin dan Maulana, keduanya berasal dari Gurah Kediri. Seperti santri sebelumnya, kedatangan kedua santri ini bermaksud untuk mendalami ilmu agama dari KH. Abdul Karim. Akan tetapi baru dua hari saja mereka berdua menetap di Lirboyo, semua barang-barangnya ludes di sambar pencuri. Memang pada saat itu situasi Lirboyo belum sepenuhnya aman,  di Lirboyo masih ada sisa-sisa perbuatan tangan-tangan kotor. Akhirnya mereka berdua mengurungkan niatnya untuk mencari ilmu. Mereka pulang ke kampung halamannya.
Tahun demi tahun, keberadaan Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyaklah santri yang berdatangan mengikuti santri-santri sebelumnya untuk bertholabul ilmi , maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang dialami oleh Syamsuddin dan Maulana, dibentuklah satuan keamanan yang bertugas ronda keliling disekitar pondok.
Berdirinya Masjid Pondok Pesantren Lirboyo
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pondok pesantren, karena keberadaannya yangbegitu penting bagi perkembangan dakwah bagi ummat Islam dan sebagai sarana untuk mengadakan berbagai macam kegiatan keagamaan, sebagaimana praktek sholat berjama’ah dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, bukan merupakan hal yang aneh jika dimana  ada pesantren disitu pula ada masjid, seperti yang dapat kita lihat di Pondok Pesantren Lirboyo.
Asal mula berdirinya masjid di Pondok Lirboyo, karena Pondok Pesantren yang sudah berwujud nyata itu kian hari banyak santri yang berdatangan, sehingga dirasakan KH. Abdul Karim, belum dianggap sempurna sebuah pesantren kalau belum ada masjidnya. Maka dua setengah tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo, tepatnya pada tahun 1913 M. timbullah gagasan dari KH. Abdul Karim untuk merintis berdirinya masjid dilingkungan Pondok.
Semula masjid itu amat sederhana sekali, tidak lebih dari dinding dan atap yang terbuat dari kayu. Namun setelah beberapa lama masjid itu digunakan, lambat laun bangunan itu mengalami kerapuhan. Bahkan suatu ketika bangunan itu hancur porak poranda ditiup angin beliung dengan kencang. Akhirnya KH. Muhammad yang tidak lain adalah kakak ipar KH. Abdul Karim sendiri mempunyai inisiatif untuk membangun kembali masjid yang telah rusak itu dengan bangunan yang lebih permanen. Jalan keluar yang ditempuh KH. Muhammad, beliau menemui KH. Abdul Karim guna meminta pertimbangan dan bermusyawarah. Tidak lama kemudian seraya KH. Abdul Karim mengutus H. Ya’qub yang tidak lain adik iparnya sendiri untuk sowan berkonsultasi dengan KH. Ma’ruf Kedunglo mengenai langkah selanjutnya yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembangunan masjid tersebut.
Dari pertemuan antara H. Ya’qub dengan KH. Ma’ruf Kedunglo itu membuahkan persetujuan, yaitu dana pembangunan masjid dimintakan dari sumbangan para dermawan dan hartawan. Usai pembangunan itu diselesaikan, peresmian dilakukan pada tanggal 15 Rabi’ul Awwal 1347 H. / 1928 M. Acara itu bertepatan dengan acara ngunduh mantu putri KH. Abdul Karim yang kedua , Salamah dengan KH. Manshur Paculgowang.
Dalam tempo penggarapan yang tidak terlalu lama, masjid itu sudah berdiri tegak dan megah (pada masa itu) dengan mustakanya yang menjulang tinggi, dinding serta lantainya yang terbuat dari batu merah, gaya bangunannya yang bergaya klasik, yang merupakan gaya arsitektur Jawa kuno dengan gaya arsitektur negara Timur Tengah.
Untuk mengenang kembali masa keemasan Islam pada abad pertengahan, maka atas prakarsa KH. Ma’ruf pintu yang semula hanya satu, ditambah lagi menjadi sembilan, mirip kejayaan daulat Fatimiyyah.
Selang beberapa tahun setelah bangunan masjid itu berdiri, santri kian bertambah banyak. Maka sebagai akibatnya masjid yang semula dirasa longgar semakin terasa sempit. Kemudian diadakan perluasan dengan menambah serambi muka, yang sebagian besar dananya dipikul oleh H. Bisyri, dermawan dari Branggahan Kediri. Pembangunan ini dilakukan pada tahun sekitar 1984 M.
Tidak sampai disitu, sekitar tahun 1994 M. ditambahkan bangunan serambi depan masjid. Dengan pembangunan ini diharapkan cukupnya tempat untuk berjama’ah para santri, akan tetapi kenyataan mengatakan lain, jama’ah para santri tetap saja membludak sehingga sebagian harus berjamaah tanpa menggunakan atap.  Bahkan sampai kini bila berjama’ah sholat Jum’at banyak santri dan penduduk yang harus beralaskan aspal jalan umum.
Untuk menjaga dan melestarikan amal jariyyah pendahulu serta menghargai dan melestarikan nilai ritual dan histories, sampai sekarang masjid itu tidak mengalami perobahan, hanya saja hampir tiap menjelang akhir tahun dinding-dindingnya dikapur dan sedikit ditambal sulam.

SEJARAH BERDIRINYA MADRASAH HIDAYATUL MUBTADI-IEN

PONDOK PESANTREN LIRBOYO KOTA KEDIRI
Sistem pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Lirboyo, yang dikenal selama ini adalah sistem Klasikal dan sistem Klasik (bandongan, sorogan dan wethon). Sistem klasik diajarkan di Pondok Pesantren Lirboyo sebelum berdirinya  Madrasah Hidayatul  Mubtadi-ien tepatnya sejak berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo, yaitu 1910 Masehi. Sementara sistem klasikal dimulai sejak berdirinya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien tahun 1925 Masehi hingga sekarang.
Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien berdiri bermula dari gagasan Jamhari seorang santri senior asal Kaliwungu Kendal Jawa Tengah. Gagasan tersebut dilaksanakan setelah mendapat restu dari Romo KH. Abdul Karim, kemuadian diikuti oleh Mas Syamsi asal Gurah Kediri dan Mas Syamsi orang yang pertama memasang papan tulis disetiap kelas sebagai sarana untuk menulis dan menerangkan pelajaran. Dan saat itu secara resmi, Madrasah  yang baru lahir itu diberi nama “Hidayatul Mubtadi-ien”
Berdirinya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien ini sangat direstuhi oleh Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Hadrotus Syaikh Romo KH. Abdul Karim, sehingga beliau dawuh kepada semua santri “ SANTRI-SANTRI KANG DURUNG BISO MOCO LAN NULIS KUDU SEKOLAH “ (para snatri yang belum bisa membaca dan menulis harus mengikuti sekolah).
Tujuan berdirinya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien
1.      Dengan adanya sistem yang sederhana (klasikal) dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2.      Menyesuaikan pada tingkat kebutuhan dan kemampuan para santri.
3.      Lebih intensif dalam mendidik dan membentuk kepribadian santri.
Kendala-kendala dalam tahun-tahun pertama
Dalam tahun pertama berdiri Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien ternyata mengalamai banyak kendala yang menyebabkan keadaan makin lama makin memburuk Karena pada waktu itu kurang berminatnya santri  untuk memasuki pendidikan Madarasah karena madrasah merupakan sistem pendidikan yang masih asing, akhirnya setelah berjalan kurang lebih enam tahun Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien mengalami kevakuman ditengah jalan.
Meskipun demikian, jangka waktu selama 6 tahun terhitung sejak tahun 1925 sampai tahun 1931 itu menghasilkan beberapa pengalaman yang cukup berharga yaitu :
1.      Madrasah sudah terbagi menjadi bebrapa lokal
2.      Beberapa guru dan pembimbing diantara Ustadz Sanusi (dari bangil) Ustadz Syairozi ( dari Perak) Kyai Bahri (dari kediri) dan lain-lain
Setalah mandek selama dua tahun tepatnya  tahun 1931 M. sampai tahun 1933M.        KH. Jauhari menantu Hadrotus Syaikh Romo KH. Abdul Karim bersama kepala Pondok pesantren Lirboyo yang kala itu dijabat Oleh K. Kholil asal Melikan Kediri serta KH. Faqih Asy’ari asal Sumber Pare Kediri menghidupkan kembali Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien. Dan madrasah dibuka kembali pada malam Rabu bulan Muharrom 1353 H. yang bertepatan dengan tahun 1933 M. Dan saat itu setiap siswa ditarik sumbangan 5 Sen setiap bulan.
Perlu diketahui, bahwa Madrasah pada masa itu masuk malam hari yaitu ba’dal Maghrib dan dibagi dalam 8 (delapan) kelas, 3 kelas untuk Sifir (persiapan), yang terdiri dari Sifir Awal, Sifir Tsany dan Sifir Tsalis. Sedangkan 5 kelas dipergunakan untuk tingkat Ibtidaiyyah yang terdiri dari kelas I, kelasII, kelas III, kelas IV, dan kelas V kelas.
Sedangkan kurikulum yang diajarkan pada tingkat sifir adalah mata pelajaran dasar semacam pelajaran menulis huruf Arab ( Khoth) pelajaran membaca Al-qur’an, tajwid dan pelajaran Fiqh ibadah tahap permulaan. Sedangkan untuk kelas yang lebih tinggi, pelajarannya pun ditingkatkan sesuai dengan tingkatan kelasnya, dan untuk tingkatan yang paling tinggi pelajaran ketika itu adalah Al Jauharul Maknun.
Pada dasarnya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien semenjak berdirinya memberikan porsi lebih banyak untuk mata pelajaran Ilmu Nahwu dan shorof , sehingga menjadi ciri khas  tersendiri bagi Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien.
Ketika masa Penjajahan Jepang
Pondok Pesantren Lirboyo, sejak zaman kolonial Belanda merupakan salah satu diantara sekian banyak pesantren yang ikut berjuang mengusir penjajah dari bumi nusantara tercinta. Hal ini dapat dibuktikan pada waktu tentara Jepang datang ke Indonesia untuk menjajah dengan dalih demi kemakmuran Asia Timur Raya. Ketika mereka mengundang para Ulama le Jakarta, maka KH.
Abdul Karim selaku pengasuh Pondok Pesantren berkenan hadir bersama KH. Ma’ruf Kedunglo dan KH. Abu Bakar Bandar Kidul dengan dikawal oleh Agus Abdul Madjid Ma’ruf. Ketika Jepang mengadakan latihan di Cibasura Bogor, Residen Kediri, R. Abd. Rahim Pratalikrama memohon kesediaannya KH. Mahrus Ali untuk berangkat sebagai utusan daerah Kediri. Berhubung beliu berlangan untuk hadir, maka diutuslah beberapa santri, antara Thohir Wijaya Blitar, Agus Masrur Lasem, Mahfudz Yogyakarta dan Ridlwan Anwar Kediri.Usai menghadiri pertemuan di Bogor, segala hal dan ihwal yang mereka ketahui di sana, segera disampaikan pada seluruh santri Lirboyo. Semua itu adalah merupakan satu usaha mngambil manfaat dalam rangka kerjasama dengan pemerintah Jepang. Akan tetapi dibalik itu ada maksud lain, yaitu sebagai persiapan Indonesia merdeka. Para utusan yang telah mendapat ilmu tentang kemiliteran, segera mengadakan latihan baris berbaris di Pondok Pesantren Lirboyo. Waktu itu sekitar tahun 1943-1944 M., yang mana di Kediri sudah dibentuk barisan Hizbullah dengan kepemimpinan KH. Zainal Arifin di tingkat pusatnya.
Pada masa itu adalah merupakan masa-masa penuh harapan  rakyat Indonesia untuk terlepas dari cengkraman penjajah dari kepemerintahan negara yang dikenal dengan negeri Sakura itu. Rakyat sudah muak dengan segala tindakan penjajah. Mereka sangat rindu damai dalam merdeka. Betul juga, beberapa hari sesudah Hirosima dan Nagas`ki yang merupakan dua kota besar di Jepang kejatuhan bom tentara sekutu, Jepang pun menyerah tanpa syarat. Akhirnya Indonesia yang sudah lama menunggu kesempatan amas dan hari-hari bersejarah itu segera memproklamirkan kemerdekaannya, tepat pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, kebahagiaan bangsa Indonesia termasuk santri Lirboyo tidak dapat terlukiskan lagi.
Jabatan kepala Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien yang semula dijabat oleh HK. Faqih Asy’ari, kemudian pada tahun 1942 diserahterimakan kepada KH. Zamroji, sebagai kepala Madrasah yang baru. Dan ditahun itu pula Jepang dengan semboyannya “GOSPEL ANDA GLORImulai menjajah bangsa Indonesia tercinta serta menguras seluruh kekayaan bangsa Indonesia, sehingga pada saat itu sulit untuk mencari sandang dan pangan. Sejak saat itu pula Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien yang semual masuk malam hari ba’da (setelah) Maghrib dirubah menjadi siang hari, karena untuk mendapatkan bahan bakar minyak sewbagai penerangan saat itu sangat sulit, hal ini berlangsung hingga tahun 1945. Dan ketika itu berkembangan Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien menurun secara drastis. Jumlah siswa yang sebelumya mencapai 350 siswa lebih, dimasa pendudukan Jepang turun menjadi 150 siswa. Dari jumlah itupun yang bisa menyelesaikan studinya hanya sedikit sekali, bahkan pernah terjadi hanya 5 siswa yang bisa menyelesaikan pendidikan terakhir.
Setelah Merdeka
Setelah Jepang bertekuk lutut kepada sekutu bersamaan dengan dikumandangkan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, barulah Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien mengalami kemajuan yang cukup mengembirakan dengan semakin banyak siswa yang berdatangan untuk menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Lirboyo.
Dua tahun setelah Indonesia Merdeka, tepatnya tahun 1947 Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien mengalami pembaharuan dengan disusunnya tingkat jenjang pendidikan. Yang semula merupakan sifir dan Ibtidaiyyah menjadi Ibtidaiyyah dan tsanawiyah adapun kulikulumnya masih mengunakan kurikulum lama. Dan pada tahun 1947 ini pula didirikan lembaga baru yang berupa Madrasah Mualimin atas gagasan KH. Zamroji yang waktu itu menjadi pengajar/Mustahiq Tingkat Tsanawiyyah, sebagai penyempurnaan, sedangkan waktu sekolah adalah malam hari dengan kurikulum, untuk Fiqh adalah fathul Wahab, Uqudul Juman (Fan Balaghoh), Jami’ul Jawami’ ( Fan Ushul Fiqh).
Masa pembenahan kurikulum

Pada tahun ajaran 1977-1978 Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien menyediakan tingkat Aliyah. Keputusan ini disepakati dalam sidang Panitia kecil Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien, yang pada masa itu dipimpin  oleh Bapak Ilham Nadzir.

Dengan terbentuknya pendidikan tingkat aliyah ini, merupakan masa peralihan dari sistem pendidikan model lama menuju sistem modern yang diselaraskan dengan tradisi pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo. Dan pada tahun ini pula jenjang pendidikan disempurnakan untuk Ibtidaiyah 6 Tahun, Tsanawiyah 3 Tahun dan Aliyah 3 tahun.
Pada tahun ajaran 1983-1984 sidang Panitia kecil yang dipimpin KH. Anwar Manshur. Menetapkan penyempurnaan kurikulum dengan menambah kitab Al-Mahalli ( Fan Fiqh ) Jami’ush Shohir (Fan Hadits) dan Jam’ul Jawami’ (Fan Ushul Fiqh) kitab-kitab inilah yang menjadi kitab pelajaran Aliyah, dan kitab yang paling besar yang ada di Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien.
Perkembangan terakhir
Perkembangan terakhir kurikulum Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien setelah tahun 1984 sampai tahun 1997 tidak banyak mengalami perubahan, sampai tahun terakhir 2003 yang dipimpin oleh KH. Habibulloh Zaini.
Visi :
Beriman, bertaqwa, berakhlaqul karimah dan disiplin
Misi :
Mencetak muslim intelektual yang beriman, bertaqwa dan berakhlaqul karimah
serta menciptakan kader ulama yang mampu mentransformasikan ilmu agama
dalam berbagai kondisi.

Sumber   : http://alfiananda.wordpress.com


Pondok Pesantren Al-Amin Madura

AL-AMIEN PRENDUAN berdiri sejak 1952, merupakan lembaga yang berbentuk dan berjiwa pondok pesantren yang bergerak dalam lapangan pendidikan, dakwah, kaderisasi dan ekonomi sekaligus pula menjadi pusat studi Islam. Berjalan dengan mengembangkan sistem-sistem yang inovatif, tapi tetap berakar pada budaya as-Salaf as-Sholeh. Pondok pesantren ini merupakan lembaga yang independen dan netral, tidak berafiliasi kepada salah satu golongan atau partai politik apapun. Seluruh aset dan kekeyaan Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN telah diwakafkan kepada ummat Islam dan dikelola secara kolektif oleh sebuah Badan Wakaf yang disebut Majelis Kiai.
AL-AMIEN PRENDUAN terletak di desa Prenduan-Pragaan Laok Sumenep. Desa Prenduan sendiri merupakan desa yang terletak di pinggiran jalan poros propinsi yang menguhubungkan Kabupaten Pamekasan dan Sumenep, membujur di pesisir selatan pulau madura, kurang lebih 30 km sebelah barat kota Sumenep dan 22 km sebelah timur kota Pamekasan. Saat ini Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN menempati lahan seluas 25 ha yang menyebar di beberapa lokasi di Pragaan dan Prenduan.

Read More : http://al-amien.ac.id

Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro

MUQADIMAH
Menjadi generasi muda Islam yang sholeh, cakap dan cerdas adalah hajat dan harapan setiap anak muda yang di dadanya terdapat kecintaan terhadap Islam.
Namun di era sekarang, untuk mendapatkan derajat kesholehan, kecerdasan dan kecakapan bukanlah perkara yang sederhana. Beberapa permasalahan mendasar mengiringi maksud mulia tersebut. Diantaranya:
  1. Dasar-dasar keimanan dan pengetahuan agama yang lemah
  2. Suasana pergaulan dan kehidupan yang cenderung berazaskan kebebasan
  3. Membanjirnya budaya dan gaya hidup yang tidak memperdulikan moral dan etika
  4. Serta kurangnya sosok keteladanan dalam keseharian.
Berangkat dari permasalahan diatas, konsep Islamic Boarding School (Madrasah Berasrama) diyakini sebagai methode pendidikan yang paling optimal untuk dapat melahirkan generasi anak didik yang memiliki keseimbangan dalam penguasaan ilmu pengetahuan umum maupun keagamaan.
Program pendidikan MTs yang diselenggarakan Pondok Pesantren AL FATAH Temboro adalah pengembangan dari sistem madrasah berasrama (Islamic Boarding School) dengan program pembelajaran yang memadukan kurikulum Diknas/Depag dengan kurikulum Diniah dalam kerangka program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
VISI
Menuju Generasi Islam yang ’Alim, Berjiwa Da’i, Berakhlak Mulia dan Taqwa
STRATEGI
1. Program pembelajaran yag mengintegrasikan antara kurikulum Diknas/Depag dengan kurikulum Diniah.
2. Pengembangan konsep Madrasah Berasrama (Islamic Boarding School) dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai
3. Manajemen pengelolaan madrasah khas Ponpes salaf
4. Program ekstrakurikuler yang fariatif
KETENTUAN PENDAFTARAN
1. Calon siswa mendaftarkan diri dengan disertai orang tua/wali
2. Tempat pendaftaran di Kantor Yayasan Pondok Pendidikan Al Fatah
3. Mengisi Formulir Pendaftaran
4. Menyerahkan foto copy Rapor kelas VI MI/SD semester I dan II.
5. Menyerahkan foto copy STTB dan DANUN yang telah dilegalisir 

For more information : http://alfatah-pondokpesantren.blogspot.com

Pondok Pesantren Azzaytun

Al-Zaytun terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sangat aktif mengembangkan diri di berbagai sektor baik di sektor pertanian, industri, perdagangan, politik, maupun pendidikan. Banyak lembaga pendidikan bermutu tumbuh di provinsi ini dan Al-Zaytun merupakan satu lembaga pendidikan yang menjadi kebanggaan Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya.

Posisi kampus ini sangat strategis karena berada pada jalur Pantura yang merupakan penghubung utama antara Jakarta sebagai ibukota negara, dengan wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki posisi penting dalam aktivitas perekonomian nasional Indonesia.

Pendiri Al-Zaytun

Al-Zaytun dibangun oleh bangsa Indonesia yang tergabung dalam sebuah Yayasan yang didirikan pada tgl 1 Juni 1993 bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1413 H yaitu Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).



Pemilik Al-Zaytun

Al-Zaytun adalah milik umat bangsa Indonesia dan umat bangsa lain di dunia, timbul dari umat, oleh umat dan diperuntukan bagi umat.

Arah dan Tujuan

Mempersiapkan peserta didik untuk beraqidah kokoh kuat terhadap Allah dan Syariat-Nya menyatu di dalam tauhid, berakhlaq alkarimah, berilmu pengetahuan luas,berketerampilan tinggi yang tersimpul dalam bashthotan fi al-ilmi wa al-jismi sehingga sanggup siap dan mampu untuk hidup secara dinamis di lingkungan Negara bangsanya dan masyarakat antarbangsa dengan penuh kesejahteraan serta kebahagiaan duniawi maupun ukhrowi.



Waktu Pendirian

Al-Zaytun merupakan usaha unggulan Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) perkembangannya dimulakan pada 13 Agustus 1996. Beralamat di Desa Mekar Jaya, kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Pembukaan awal pembelajaran dilaksanakan pada 1 Juli 1999,dan peresmian secara umum dilakukan pada 27 Agustus 1999 oleh Presiden RI ke-3 Prof.Ing. B.J. Habibie.

Landasan

1. Pesantren spirit but modern system

Pesantren spirit atau semangat pesantren dapat menanamkan nilai-nilai kemandirian, kebersamaan dan cinta ilmu yang dilandasi oleh akhlaq al-karimah dan ketaqwaan kepada Tuhan.

2. Mendidik dan membangun semata-mata hanya beribadah kepada Allah.

Spesifikasi atau Ciri Khas
Siswa Al-Zaytun diharapkan dapat menguasai Al-Qur’an secara mendalam, terampil berkomunikasi menggunakan bahasa-bahasa antarbangsa yang dominan, berpendekatan ilmu pengetahuan, berketrampilan tinggi, menguasai teknologi, berbadan sehat, berjiwa mandiri, penuh perhatian terhadap aspek dinamika kelompok dan bangsa, berdisiplin tinggi serta berkesenian yang memadai.

Pendanaan

Dana pembangunan Al-Zaytun didapat dari bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain secara sukarela.

Visi dan Misi

Al-Zaytun Pusat Pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan Pengembangan Budaya Perdamaian


For More Information : http://www.alzaytun-indonesia.com

Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta



Sejarah Singkat Pondok Pesantren Darunnajah, Ulujami Jakarta Selatan
A. Periode Cikal Bakal (1942-1960)
Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Tahun 1959 tanah dan madrasah tersebut digusur  untuk perluasan komplek Perkampungan Olah Raga Sea Games, yang sekarang dikenal dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka diusahakanlah tanah di Ulujami.
Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.
B. Periode Rintisan (1961-1973)
Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.
Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh  masyarakat, diantarannya Ust. Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1 Agustus 1961, Ust. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964 membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah.
Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah  pula dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972 menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul.
Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan, antara lain BTI PKI saat itu.
C. Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)
Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri, sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan secara berangsur,Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja, kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi.
Bangunan yang pertama didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa lokal asrama. Mesekipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.
Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.
1. Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal waktu sholat.
2. Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Da’wah dan Pengembangan Masyarakat (LDPM).
4. Beasiswa Ashabunnajah  (kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah. 
D. Periode Pengembangan (1987-1993)
Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, pendidikan anak-anak fuqara dan masakin  dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan.
Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41.
E. Periode Dewan Nazir (1994-sekarang)
Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha merapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif  tanah di Ulujami Jakarta K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, Drs.K.H. Mahrus Amin, dan Drs.H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994.
Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas di Indonesia.
Ditahun 2007,  Pesantren Darunnajah memiliki 11 cabang pesantren di berbagai tempat; Jakarta, Bogor, Serang, Bengkulu, Kalimantan Timur. dengan luas asset 318 ha.

Read More : http://www.darunnajah.com

Pondok Pesantren Darussalam Gontor Jawa Timur

Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan pada tgl 20 September 1926/ 12 Rabi’ul Awwal 1345 oleh tiga bersaudara:

K.H. Ahmad Sahal (1901 – 1977)
K.H. Zainudin Fananie (1908 – 1967)
K.H. Imam Zarkasyi (1910 – 1985)
5 Syawwal 1355/19 Desember 1936
Kulliyatu-l Mu’allimin al-Islamiyah (KMI), didirikan oleh K.H. Imam Zarkasyi.
Sebuah sekolah tingkat menengah, masa belajar 6 th, untuk mencetak guru-guru Islam, dengan sistem pesantren, mengajar-kan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum secara seimbang.
Pelajaran agama dan bahasa (Arab dan Inggris) disampaikan dengan bahasa pelajaran (tidak diterjemahkan).
1948
Terjadi Pemberontakan PKI di Madiun, Para Kyai di wilayah Madiun dan sekitarnya ditangkap dan ditawan oleh gerombolan PKI, termasuk Kyai Gontor. Sebagian besar mereka dibantai, namun para Kyai Gontor selamat berkat bala bantuan dari Pasukan Siliwangi.
28 Rabi’u Awal 1378/ 12 Oktober 1958
Para pendiri Pondok mewakafkan PMDG kepada Umat Islam. Sebuah pengorbanan kepemilikan pribadi demi kemaslahatan umat.
Pihak penerima amanat diwakili oleh 15 anggota IKPM yang kemudian menjadi Badan Wakaf PMDG.
29 Jumada Tsaniyah 1383/ 17 Nopember 1963
Perguruan Tinggi Darussalam berdiri. Sejak 1996 diubah namanya menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
ISID mempunyai 3 fakultas:
Tarbiyah; jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pengajaran Bahasa Arab.
Ushuluddin; jurusan Perbandingan Agama, Filsafat Pemikiran Islam.
Syari’ah; jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum; dan jurusan Manajemen & Lembaga Keuangan Islam.
7 Dzulhijjah 1386/ 19 Maret 1967
Terjadi pemberontakan terhadap Kyai/Pimpinan Pondok, didalangi oleh sebagian santri senior, bertujuan mengambil alih kepemimpinan di Pondok.
Kyai/Pimpinan Pondok memulangkan seluruh santrinya. Pondok untuk sementara waktu diliburkan.
Hanya sebagian santri yang dipanggil oleh Pimpinan Pondok yang boleh kembali belajar/nyantri di PMDG.
Pasca peristiwa, semakin banyak santri yang datang dan Pondok bertambah maju pesat.
Generasi Kedua
30 Rajab 1405/ 21 April 1985, K.H. Imam Zarkasyi, pendiri Pondok terakhir, wafat.
Sidang Badan Wakaf menetapkan tiga pimpinan baru:
K.H. Shoiman Luqmanul Hakim
K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.
K.H. Hasan Abdullah Sahal
Th 1999, K.H. Shoiman Luqmanul Hakim wafat, digantikan oleh Drs. K.H. Imam Badri (wafat 8 Juni 2006)
Thn 2006, Drs. KH Imam Badri

Visi

Sebagai lembaga pendidikan pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah talab al-’ilmi; dan menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an, dan ilmu pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pesantren.

Misi

1. Membentuk generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
2. Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengeta-huan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju terbentuknya ulama yang intelek.
Mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Tujuan

  1. Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
  2. Terbentuknya generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
  3. Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan pikir.
  4. Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Motto

  • Berbudi tinggi
  • Berbadan sehat
  • Berpengetahuan luas
  • Berpikiran bebas

Panca Jiwa

  • Keikhlasan
  • Kesederhanaan
  • Berdikari
  • Ukhuwah Islamiyah
  • Jiwa Bebas

Panca Jangka

  • Pendidikan dan Pengajaran
  • Kaderisasi
  • Pergedungan
  • Pengadaan Sumber Dana
  • Kesejahteraan Keluarga Pondok

Orientasi Pendidikan & Pengajaran

  • Keislaman
  • Keilmuan
  • Kemasyarakatan

Strategi Pendidikan

  • Kehidupan Pondok dengan segala TOTALITASNYA menjadi media pembelajaran dan pendidikan.
  • Pendidikan berbasis komunitas: segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dikerjakan, dan dialami oleh para santri dan warga Pondok dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Profil Alumni

  • Mukmin, muslim, muhsin.
  • Komit pada perjuangan.
  • Perekat ummat.
  • Berjiwa guru.
  • Warga negara yang baik.

Kurikulum KMI

  • Kurikulum KMI terdiri dari Ilmu Pengetahuan Umum 100%, Ilmu Pengetahuan Agama 100%.
  • Hal ini menunjukkan bahwa antara ilmu agama dan umum tidak dapat dipisahkan, semuanya ilmu Islam. Semua bersumber dari Allah dengan segala ciptaan-Nya atau segala sesuatu yang lahir dari ciptaan-Nya.
  • Secara mendasar, tujuan pengajaran kedua macam ilmu tersebut adalah untuk membekali siswa dengan dasar-dasar ilmu menuju kesempurnaan menjadi ‘abid dan khalifah.
  • Kurikulum KMI tidak terbatas pada pelajaran di kelas saja, melainkan keseluruhan kegiatan di dalam dan di luar kelas merupakan proses pendidik-an yang tak terpisahkan.

Isi Kurikulum

  • Bahasa Arab
  • ‘Ulum Islamiyah; utk kls II ke atas menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.
  • Keguruan
  • Bahasa Inggris
  • Ilmu Pasti; Matematika dan IPA
  • Ilmu Pengetahuan Sosial
  • Keindonesiaan/Kewarganegaraan

Guru KMI

  • Berasal dari tamatan KMI Gontor, atau lulusan KMI yang telah tamat belajar di perguruan tinggi dalam maupun luar negeri; dan wajib bertempat tinggal di asrama.
  • Tugas:
  • Sebagai guru/pendidik;
  • Sebagai mahasiswa ISID;
  • Sebagai pembantu Pondok: tata usaha, pengurus unit usaha, pembimbing kegiatan santri, dll.

Peningkatan Kompetensi Guru

  • Penataran dan Pelatihan
  • Ta’hil ( Pengayaan Guru Materi Pelajaran) – Program Mingguan.
  • Tugas Belajar
  • Pemeriksaan Satuan Pelajaran
  • Supervisi Pengajaran
  • Pemeriksaan Pencapaian Target KBM dg memeriksa catatan siswa.

Kegiatan KMI

  1. Kegiatan Harian: KBM di kelas dan Lab. IPA.
  2. Kegiatan Mingguan: Pertemuan Guru (setiap Kamis siang), Pertemuan Ketua Kelas (setiap Jum’at malam), Rapat Pengurus KMI (setiap Rabu malam).
  3. Kegiatan Tengah Tahunan: Ujian Tengah Semester I & II dan Ujian Akhir Semester I & II.
  4. Kegiatan Tahunan: Kajian kitab klasik dan kontemporer, latihan membuka kamus arab, praktek mengajar, economic study tour, penulisan karya ilmiah, manasik haji.
  5. Bentuk Evaluasi/Ujian: Tengah Semester, Semester, dan Akhir (EBTA).
  6. Semester & EBTA: Lisan; Tulis; dan Praktek.

Kalender Kegiatan

  1. Pendaftaran Calon Siswa & Daftar Ulang: 2 – 10 Syawwal.
  2. Pembukaan Tahun Pelajaran: 11 Syawwal.
  3. Ujian Masuk KMI: 11 Syawwal
  4. Ujian Semester I: 13 Safar – 8 R. Awwal.
  5. Liburan Semester I: 10 – 19 R. Awwal.
  6. Ujian Akhir (EBTA) Kelas VI: 1 J. Tsaniyah – 21 Rajab; Praktek Mengajar, Ujian Lisan, Ujian Tulis.
  7. Ujian Semester II: 25 Rajab – 18 Sya’ban.
  8. Liburan Semester II: 20 Sya’ban – 10 Syawwal.

Pengakuan

  1. Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Arab Mesir, tahun 1957
  2. Kementerian Pengajaran Kerajaan Arab Saudi, tahun 1967
  3. University of the Punjab, Lahore, Pakistan, tahun 1991
  4. Dirjen Binbaga Islam Depag RI th. 1998
  5. Menteri Pendidikan Nasional RI th. 2000

Syarat Masuk KMI

  1. Tamat SD/MI atau SLTP (utk program Intensif).
  2. Lulus Tes Lisan: Al-Qur’an dan Ibadah.
  3. Lulus Tes Tulis: Hitung Angka, Hitung Soal, Bahasa Indonesia, dan Imla’ (dikte arab).
  4. Sehat jasmani & rohani (pemeriksaan di BKSM Pondok Modern Gontor).
  5. Memenuhi persyaratan administrasi.
  6. Siap bertempat tinggal di asrama.

Kegiatan Ekstrakurikuler

  1. Pramuka
  2. Olahraga
  3. Kesenian
  4. Latihan Pidato dlm bhs Indonesia, Arab, dan Inggris
  5. Khutbah Jum’at
  6. Tau’iyah Diniyah
  7. Diskusi
  8. Kursus Komputer
  9. Praktek di Laboratorium Bahasa
  10. Kursus Jurnalistik
  11. Majalah Dinding dlm bhs Arab dan Inggris
  12. Baca buku di Perpustakaan
  13. Keterampilan
  14. Praktek Manajemen Organisasi dan Koperasi
  15. Bersih Lingkungan, dll.
Untuk Informasi Lanjut : http://gontor.ac.id/

Pondok Pesantren Gontor Putri

PESANTREN PUTRI GONTOR
Pesantren Putri Pondok Modern Darussalam Gontor, terletak lebih kurang 100 km dari Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo atau 32 km sebelah barat kota Ngawi, tepatnya di desa Sambirejo Kec. Mantingan Kab. Ngawi. Aktifitas santriwati Gontor Putri yang mempunyai luas 6 ha. ini diorientasikan pada pembentukan sosok wanita muslimah, sholihah dan wanita serba teladan.
Sejarah Berdiri dan Perkembangannya.
Berdasarkan amanat TRIMURTI Pondok Modern Darussalam Gontor dan keputusan Sidang Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor dalam sidangnya yang ke-25 pada tanggal 7 – 8 Rabiul Awwal 1411, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor membuka Pesantren Putri mulai tahun ajaran 1410 – 1411 di desa Sambirejo, Mantingan, Ngawi , Jawa Timur. Pendirian pesantren ini juga didukung oleh adanya usulan para peserta silaturrahim Kyai Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor dalam sidangnya pada bulan Muharram 1410, dan usulan Musyawarah Besar (MUBES) IKPM V di Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 16 – 17 Rabiul Tsani 1409 H.
Sebagai persiapan pembukaan pesantren putri tersebut diadakanlah beberapa kegiatan, antara lain: pembangunan gedung dan sarana yang diperlukan, dimulai tanggal 26 September 1988, penyelenggaraan pesantren kilat bekerja sama dengan Pusat Latihan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat (PLMPM) bagi para siswa SLTP/SLTA, tanggal 24 – 31 Desember 1989, penetapan Direktur Kulliyatul Mu’allimat Al-Islamiyah (KMI), para pendidik dan pengajarnya, pengadaan Pesantren Ramadan Khusus Putri pada tahun 1410, dan terakhir adalah pembukaan pendaftaran santri baru pada bulan Syawal 1410.
Pada tanggal 6Dzulqo’dah 1410 / 31 Mei 1990, Pesantren Putri Pondok Modern Darussalam Gontor diresmikan pembukaannya oleh Menteri Agama Republik Indonesia, H. Munawir Syadzali, M.A. Dalam acara peresmian tersebut turut hadir Duta Besar Republik Arab Mesir, Atase Kebudayaan Mesir, Direktur LIPIA Jakarta, para undangan dari jajaran Departemen Agama R.I., pejabat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat dan keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor.
Tepat tanggal 10 Syawwal 1410, pendaftaran santriwati baru mulai dibuka. Pada awal berdirinya, Pesantren Putri Pondok Modern Darussalam Gontor menerima santriwati sebanyak 298 siswi dari 308 pedaftar, dan melibatkan 18 tenaga pengajar yang berfungsi sekaligus sebagai pengasuh dan pembimbing di dalam asrama pondok. Dalam perkembangan selanjutnya Pondok Pesantren Putri membutuhkan tambahan bangunan untuk asrama dan kelas sehingga mampu menerima jumlah santriwati yang lebih banyak pada tahun-tahun berikutnya.
Seluruh kebijaksanaan di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri mengacu kepada kebijaksanaan di Pondok Modern Darussalam Gontor secara penuh. Namun, itu tidak berarti menutup kemungkinan wujudnya kreatifitas dan inovasi yang muncul dari pengelolanya, terutama berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis-praktis, bukan prinsip.
Kulliyatul Mu’allimat Al-Islamiyyah (KMI)
Sistem pendidikan di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Putri sepenuhnya mengacu kepada sistem pendidikan KMI Pondok Modern Darussalam Gontor; baik dalam jenjang pendidikan maupun kurikulumnya, demikian pula berbagai aktivitas dan program-programnya. Direktur KMI putri saat ini adalah KH. Sutadji Tajuddin, MA
Pengasuhan Santriwati
Di luar kelas santriwati mendapat bimbingan, pengajaran, dan pengembangan diri secara intensif oleh Pengasuhan Santriwati yang bertanggungjawab menangani berbagai aktivitas ekstrakurikuler yang meliputi keorganisasian, kepramukaan, bahasa, disiplin, olahraga, ketrampilan, kesenian, akhlak, ibadah, nisaiyat, dan berbagai aktifitas keputrian lainnya. Bagian ini ditangani oleh seorang pengasuh, yaitu DR. KH. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, dibantu oleh beberapa staf yang terdiri dari guru-guru KMI.
Berbagai aktivitas ini, dengan beberapa modifikasi dan inovasi, juga mengacu kepada aktivitas yang diselenggarakan oleh Pengasuhan Santri di Pondok Modern Darussalam Gontor, tentu saja dengan beberapa penyesuaian untuk santri putri.

Untuk Informasi Lanjut : http://gontor.ac.id
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MY BLOG - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger